JAKARTA,ATLANTIS - Aktivitas
fisik seperti lari dan fitness adalah investasi berharga untuk kesehatan dan kebugaran.
Namun, antusiasme yang tinggi tanpa diimbangi pemahaman yang benar tentang
risiko dapat berujung pada cedera yang justru menghambat tujuan . Mengenali
penyebab umum cedera adalah langkah penting untuk berolahraga dengan aman dan
efektif.
Adapun Faktor risiko yang
perlu diwaspadai penyebab spesifik, penting untuk memahami faktor-faktor risiko
yang dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap cedera olahraga. Beberapa
di antaranya meliputi : Seiring bertambahnya usia, elastisitas jaringan tubuh
cenderung menurun Area tubuh yang pernah cedera memiliki risiko lebih tinggi
untuk cedera kembali.
“Kondisi fisik yang kurang optimal tersebut, Otot yang lemah
atau tidak fleksibel, serta keseimbangan yang buruk, dapat meningkatkan risiko
cedera. Beberapa individu mungkin memiliki struktur tulang atau sendi yang
membuatnya lebih rentan terhadap cedera tertentu,” ungkap Dokter Spesialis
Orthopedi dan Traumatologi Eka Hospital Bekasi, dr.Yohannes Toban Layuk
Allo,Sp.OT (K)Sport Senin (26/05/2025).
Lebih lanjut kata pria yang
akrap dispaa dr. Toban ini, Penyebab cedera di lintasan lari dan ruang fitness
yang sering terjadi. Olahraga berlebihan (Overtraining). Semangat untuk
mencapai hasil seringkali membuat kita tergoda untuk berlatih lebih keras dan
lebih sering dari yang tubuh mampu terima. Kurangnya waktu istirahat dan
pemulihan yang memadai dapat menyebabkan kelelahan otot, nyeri sendi, dan
bahkan cedera stres seperti shin splint pada pelari.
Teknik olahraga yang salah, Melakukan gerakan lari atau
latihan beban dengan postur atau teknik yang tidak tepat adalah penyebab cedera
yang sangat umum. Misalnya, posisi lutut yang salah saat squat, langkah kaki
yang tidak efisien saat berlari, atau mengangkat beban terlalu berat dengan
punggung yang tidak lurus dapat memberikan tekanan berlebih pada otot, ligamen,
dan sendi.
“Dan
tidak pemanasan dan pendingina, seringkali dianggap sepele, pemanasan yang
adekuat mempersiapkan otot dan sendi untuk aktivitas yang lebih
berat, meningkatkan aliran darah, dan mengurangi risiko robekan atau
ketegangan. Sebaliknya, pendinginan membantu mengembalikan tubuh ke kondisi
istirahat secara bertahap dan mengurangi nyeri otot setelah berolahraga,” jelas
dr.Thoban,
Selain
itu, tidak melakukan peregangan dengan bena, peregangan yang tepat meningkatkan
fleksibilitas dan rentang gerak sendi, yang penting untuk performa optimal dan
pencegahan cedera. Namun, peregangan yang dilakukan secara terburu-buru atau
dengan teknik yang salah justru dapat menyebabkan cedera. Peregangan dinamis
lebih disarankan sebelum berolahraga, sementara peregangan statis lebih baik
dilakukan setelah berolahraga. “Terutama dalam latihan beban, penggunaan beban yang
melebihi kemampuan atau peningkatan beban dan intensitas latihan yang terlalu
drastis dapat memberikan tekanan berlebihan pada struktur tubuh dan menyebabkan
cedera otot, tendon, atau ligament,” ujarnya,
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan memahami
penyebab umum cedera saat lari dan fitness, serta mengambil langkah-langkah
pencegahan yang tepat seperti melakukan pemanasan dan pendinginan yang benar,
memperhatikan teknik olahraga, tidak berlebihan dalam berlatih, dan melakukan
peregangan secara teratur, “kita dapat menikmati manfaat olahraga tanpa harus terhambat
oleh cedera. Ingatlah, tubuh kita adalah aset berharga, dan menjaganya adalah
bagian penting dari perjalanan kebugaran kita,” tutup dr.Thoban, Dokter Spesialis
Orthopedi dan Traumatologi Eka Hospital Bekasi (*).
Editor : Aisyahra Mulyawati