Selasa, 27 Mei 2025

Waspadai Penyebab Faktor Resiko Cedera Fisik Saat Lari Dan Fitness

                                

 

 JAKARTA,ATLANTIS -  Aktivitas fisik seperti lari dan fitness adalah investasi berharga untuk kesehatan dan kebugaran. Namun, antusiasme yang tinggi tanpa diimbangi pemahaman yang benar tentang risiko dapat berujung pada cedera yang justru menghambat tujuan . Mengenali penyebab umum cedera adalah langkah penting untuk berolahraga dengan aman dan efektif.


Adapun Faktor risiko yang perlu diwaspadai penyebab spesifik, penting untuk memahami faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap cedera olahraga. Beberapa di antaranya meliputi : Seiring bertambahnya usia, elastisitas jaringan tubuh cenderung menurun Area tubuh yang pernah cedera memiliki risiko lebih tinggi untuk cedera kembali.


“Kondisi fisik yang kurang optimal tersebut, Otot yang lemah atau tidak fleksibel, serta keseimbangan yang buruk, dapat meningkatkan risiko cedera. Beberapa individu mungkin memiliki struktur tulang atau sendi yang membuatnya lebih rentan terhadap cedera tertentu,” ungkap Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Eka Hospital Bekasi, dr.Yohannes Toban Layuk Allo,Sp.OT (K)Sport Senin (26/05/2025).


Lebih lanjut kata pria yang akrap dispaa dr. Toban ini, Penyebab cedera di lintasan lari dan ruang fitness yang sering terjadi. Olahraga berlebihan (Overtraining). Semangat untuk mencapai hasil seringkali membuat kita tergoda untuk berlatih lebih keras dan lebih sering dari yang tubuh mampu terima. Kurangnya waktu istirahat dan pemulihan yang memadai dapat menyebabkan kelelahan otot, nyeri sendi, dan bahkan cedera stres seperti shin splint pada pelari.


Teknik olahraga yang salah, Melakukan gerakan lari atau latihan beban dengan postur atau teknik yang tidak tepat adalah penyebab cedera yang sangat umum. Misalnya, posisi lutut yang salah saat squat, langkah kaki yang tidak efisien saat berlari, atau mengangkat beban terlalu berat dengan punggung yang tidak lurus dapat memberikan tekanan berlebih pada otot, ligamen, dan sendi.


Dan tidak pemanasan dan pendingina, seringkali dianggap sepele, pemanasan yang adekuat mempersiapkan otot dan sendi untuk aktivitas yang lebih berat, meningkatkan aliran darah, dan mengurangi risiko robekan atau ketegangan. Sebaliknya, pendinginan membantu mengembalikan tubuh ke kondisi istirahat secara bertahap dan mengurangi nyeri otot setelah berolahraga,” jelas dr.Thoban,

Selain itu, tidak melakukan peregangan dengan bena, peregangan yang tepat meningkatkan fleksibilitas dan rentang gerak sendi, yang penting untuk performa optimal dan pencegahan cedera. Namun, peregangan yang dilakukan secara terburu-buru atau dengan teknik yang salah justru dapat menyebabkan cedera. Peregangan dinamis lebih disarankan sebelum berolahraga, sementara peregangan statis lebih baik dilakukan setelah berolahraga. “Terutama dalam latihan beban, penggunaan beban yang melebihi kemampuan atau peningkatan beban dan intensitas latihan yang terlalu drastis dapat memberikan tekanan berlebihan pada struktur tubuh dan menyebabkan cedera otot, tendon, atau ligament,” ujarnya,


Mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan memahami penyebab umum cedera saat lari dan fitness, serta mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat seperti melakukan pemanasan dan pendinginan yang benar, memperhatikan teknik olahraga, tidak berlebihan dalam berlatih, dan melakukan peregangan secara teratur, “kita dapat menikmati manfaat olahraga tanpa harus terhambat oleh cedera. Ingatlah, tubuh kita adalah aset berharga, dan menjaganya adalah bagian penting dari perjalanan kebugaran kita,” tutup dr.Thoban, Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Eka Hospital Bekasi (*). 

 


Editor : Aisyahra Mulyawati 

 

 


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon